Kamis, 04 Mei 2017

Sejarah Perkembangan Manajemen

Kelas/Pok: MPI B/                                                         Hari/Jam:Rabu/08.45-10.25

SEJARAH PERKEMBANGAN MANAJEMEN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Manajemen






                        Disusun Oleh:
 1.    M. Hilmi Aviciena     (16490030)
 2.    Zaeni Akmal              (16490032)
  3.    Isnaini Nur Fathonah (16490047)


Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam -Semester 2-

Naskah diserahkan tanggal : 8 Maret 2017
Didiskusikan pada tanggal :

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017








BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
            Manajemen adalah cabang dari ilmu social. Semua cabang dari ilmu sosial pasti mengalami perkembangan. Ini terjadi karena ilmu sosial selalu menikuti perkembangan zaman. Ada sebuah pendapat bahwa hari ini tidak akan pernah terjaddi tanpa adanya masa lalu, maka dari itu apa saja yang ada di dunia ini meiliki sejarah termasuk juga manajemen yang juga memiliki sejarah akan perkembangan manajemen tersebut.
            Manajemen kemudian berkembang sesuai dengan perkembangan keahlian serta pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh manusia. Akhirnya kita harus mempelajari dan mengantisipasi perkembangan tersebut salah satunya dengan manajemen, dengan mengetahui arah perkembangan manajemen tersebut maka kita akan dapat mempersiapkan diri kita untuk membekali diri kita masing-masing dengan keterampilan menejerial untuk masa mendatang.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana teori manajemen klasik ?
2.      Bagaimana teori manajemen ilmiah ?
3.      Bagaimana teori organisasi klasik ?
4.      Bagaimana aliran hubungan manusiawi ?
5.      Bagaimana aliran manajemen modern ?

C.      Manfaat dan Tujuan Penulisan
          Tujuan dan manfaat penulisan ini adalah agar para pembaca dapat memahami bagaimana teori manajemen klasik, teori manajemen ilmiah, teori organisasi klasik serta bagaimana aliran hubungan manusiawi, aliran manajemen modern dan aliran-aliran pemikiran manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Teori Manajemen Klasik
            Sebelum sejarah yang disebut jaman manajemen ilmiah muncul, telah terjadi revolusi industri pada abad ke-19, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan suatu pendektan manajemen yang sistematik.Usaha-usaha pengembangan manajemen kemudian dilakukan oleh para teoritis. Berfokus pada rasionalitas dan berusaha menjadikan organisasi dan para pekerja berfungsi seefisien mungkin.[1] Ada dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya manajemen ilmiah, yaitu Robert Owen dan Charles babbage.
1.      Robert Owen (1771-1858) pada permulaan tahun 1800-an Robert Owen, seorang manajer beberapa pabrik pemintalan kapas di New Lamark Skotlandia, menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi. Dia membuat perbaikan-perbaikan dalam kondisi kerja, seperti pengurangan hari kerja standar, pembatassan anak-anak dibawah umur yang bekerja. Membangun perumahan yang lebih baik bagi pegawai dan mengoperasikan toko perusahaan yang menjual barang-barang dengan murah. Dia mengemukakan bahwa melalui perbaikan kondisi pegawailah yang akan menaikkan produksi dan keuntungan (laba), dan investasi yang paling menguntungkan adalah para pegawai. [2]
2.      Charles Babbage (1772-1871) seorang profesor matematika dari inggris ini, mencurahkan banyak waktunya untuk membuat operasi-operasi pabrik menjadi lebih efisien. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dan menurunkan biaya. Babbage adalah penganjur pertama prinsip pembagian kerja melalui spesialisasi. Setiap tenaga kerja harus diberi latihan keterampilan yang sesuai dengan setiap operasi pabrik. Lini perakitan yang modern yang banyak dijumpai sekarang, di mana setiap pegawai bertanggung jawab atas perkerjaan tertentu yang berhutang, didasarkan pada gagasan Babbage. Dalam bukunya yang berjudul The Economu of Manufactur ia menekankan pentingnya menyelidiki effisiensi para pekerja dan ia menyelidiki jumlah biaya yang pasti bagi setiap proses dalam produksi suatu barang.[3]

B.       Teori Manajemen Ilmiah
Aliran manajemen ilmiah (scientific management) ditandai kontribusi-kontribusi dari Federick W. Taylor, dan Lillian Gilbreth, Henry L Grantt, dan Harrington Emerson.
1.      Federick W. Taylor (1856-1915). Ia adalah seorang sarjana teknik berasal dari Amerika Serikat dan pimpinan perusahaan Bathlehem Steel Company. Ia dikenal sebagai bapak Scientific Management (manajemen berdasarkan ilmu) karena dialah orang pertama-tama yang mengemukakan idenya tentang manajemen dengan cara serba sistim dan ia meyakinkan orang-orang untuk pula menggunakan kepada manajemen metode-metode ilmu pengetahuan. menetapkan dasar-dasar ilmu pengetahuan. Taylor menuangkan gagasan-gagasannya dalam tiga makalah yaitu shop management, the principle of scientific management, dan Testimony before the special house committee, yang dirangkum dalam sebuah buku yang diberi judul scientific management. Taylor telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah teknik-teknik untuk mencapai efisien. Prinsip-prinsip tersebut adalah
a.       Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen agar metode yang paling baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
b.      Seleksi ilmiah untuk pegawai, agar setiap pegawai dapat diberikan tanggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya
c.       Pendidikan dan pengembangan ilmiah para pegawai
d.      Kerja sama yang harmonis antara manajemen dan tenaga kerja[4]
2.      Henry L Grantt (1861-1919) seperti Taylor, Henry L Grantt mengemukakan gagasan-gagasan
a.       Kerjasama saling menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen
b.      Seleksi ilmiah tenaga kerja
c.       Sistem intensif (bonus) untuk merangsang produktivitas
d.      Penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terperinci
3.      Harrington Emerson (1853-1931). Pemborosan dan ketidak efisienan adalah masalah-masalah yang dilihat emerson sebagai sistem industri. Oleh sebab itu emerson mengemukakan 12 prinsip-prinsip efisiensi, yaitu
a.       Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas
b.      Kegiatan yang dilakukan masuk akal
c.       Adanya staf yang cakap
d.      Disiplin
e.       Balas jasa yang adil
f.       Laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat dan ajeg, sistem informasi dan akuntansi
g.      Pemberian perintah perencanaan dan pengurutan kerja
h.      Adanya standar-standar dan skedul-skedul metode dan waktu setiap kegiatan
i.        Kondisi yang distandarisasi
j.        Operasi yang distandarisasi
k.      Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar
l.        Balas jasa efisiensi – rencana insentif[5]

C.      Teori Organisasi Klasik
          Henri Fayol (1841-1925). Henri Fayol seorang industriatis perancis, mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi-organisasi yang kompleks dalam bukunya. Dalam teori administrasinya Fayol merinci manajemen menjadi 5 unsur yaitu: Planning, Organizing, Coordinating, Commanding, dan Controlling. Pembagian kegiatan manajemen atas fungsi-fungsi ini dikenal sebagai fungsionalisme Fayol.[6]
          Fayol juga mengemukakan 14 prinsip manajemen yang secara ringkas adalah sebagai berikut:
1.    Asas pembagian kerja (division of work)
Pembagian kerja ini merupakan spesifikasi yang dipertimbangkan untuk mendapatkan efisiensi dalam menggunakan tenaga kerja. Fayol menerapkan prinsip ini terhadap semua macam pekerjaan, baik pekerjaan yang bersifat manajerial maupun yang bersifat teknis.
2.    Asas wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
Fayol berpendapat bahwa kewenangan dan tanggung jawab selalu erat berhubungan, tanggung jawab timbul dan akibat dari adanya kewenangan. Ia melihat kewenangan sebagai kombinasi resmi dari jawaban manajer dan kerpribadian yang memiliki kecakapan,  pengalaman, nilai moral dan faktor-faktor lainnya.
3.    Asas disiplin (discipline)
Disiplin adalah persetujuan untuk tunduk/mengikat secara langsung peraturan-peraturan yang telah ditentukan. Disiplin diperlukan pembinaan dari atasan yang baik pada semua tingkat pimpinan
4.    Asas kesatuan perintah (unity of command)
Setiap pegawai hanya menerima instruksi tentang kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan.
5.    Asas kesatuan pengarahan
Operasi-Operasi dalam organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan suatu rencana
6.    Asas kepentingan umum dia tas kepentingan pribadi (subordination of individual interest into general interest)
Kepentingan perseorangan harus tunduk pada kepentingan organisasi
7.    Asas pembagian gaji yang wajar (renumeration of personnel)
Penggajian dan metode pembayaran harus jujur dan mengusahakan agar dapat memuaskan semaksimal mungkin baik para pekerja maupun para pimpinan
8.    Asas sentralisasi (centralization)
Adanya keseimbangna yang tepat antara sentralisasi dan desentralisasi
9.    Asas skala interaksi (scalar of chain)
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas ke bawah harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas, tidak terputus
10.    Asas keterangan (order)
Bahan-bahan (material) dan orang-orang harus ada pada tempat dan waktu yang tapat. Terutama orang-orang hendaknya ditempatkan pada posisi-posisi atau pekerjaan-pekerjaan yang paling cocok untuk mereka
11.    Equity (asas keadilan)
Kesetiaan dan pengabdian pekerja harus diimbangi dengan sikap kebaikan dan keadilan terhadapnya
12.    Asas kestabilan jabatan pegawai (stabillity og tenure of personnel)
Bila akan menimbulkan pengaruh manajemen yang kurang baik, tidak perlu diadakan pergantian jabatan/personal.
13.    Asas inisiatif (initiative)
Setiap pimpinan harus mendorong dan memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif yaitu memberikan kebebasan agar ia secara aktif memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya
14.    Asas kesatuan (espirit de corps)
Kesatuan kelompok haruss dikembangkan dan dibina melalui sistem komunikasi yang baik, sehingga terwujud kekompakan kerja (team work) dan timbul keinginan untuk mencapai hasil yang baik.[7]
       Mary Paker Follett (1868-1933). Follett bertindak sebagai jembatan antara teori klasik dan hubungan manusiawai, karena pemikiran mereka berdasarkan kerangka klasik, tetapi memperkenalkan beberapa usur baru tentang asspek-aspek hubungan manusiawi, follett adalah ahli pengetahuan sosial pertama yang menerapkan psikologi pada perusahaan, industri dan pemerintah. Dia memberikan sumbangan besar dalam bidang manajemen melalui aplikasi praktik ilmu-ilmu sosial dalam administrasi perusahaan.
       Chaster 1 Barnard (1886-1961). Ia seorang presiden perusahaan Bell Telephone di New Jersey. Dia memandang organisasi sebagai sistem kegiatan y6ang diarahkan pada tujuan, fungsi-fungsi utama manajemen menurut pandangan barnard adalah perumusan tujuan dan pengadaan sumber daya yang di butuhkan untuk mencapai tujuan.

D.      Aliran Hubungan Manusiawi
Aliran hubungan manusiawi (perilaku manusia atau neoklasik) muncul karena ketidakpuasan bahwa yang dikemukakan pendektan klasik tidak sepenuhnya menghassilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja.
1.      Hugo Musterberg (1863-1916) sebagai pencetus psikoloi industri, Hugo Munsterberg sering disebut “bapak psikologi industri”. Dia mengemukakan bahwa untuk mencapai peningkatan produktibitas dapt dilakukan melalui tiga cara yaitu penemuan best possible person, penciptaan best possible work dan menggunakan best possible efject untuk memotivasi pegawai.
2.      Elton Mayo (1880-1949) dan percobaan-percobaan how thorne. Hubungan manusiawi sering digunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan cara manajer berinteraksi dengan bawahannya. Bila manajemen personalia mendorong lebih banyak dan lebih bik dalam kerja, gubungan manusiawi dalam organisasi adalah baik.[8]

E.       Aliran Manajemen Modern
            Masa manajemen modern berkembang mulai dua jalur yang berbeda. Jalur pertama merupakan pengembangan dari aluran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai perilaku organisasi dan lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah diknal sebagai aliran kuantitatif.[9]
1.      Manajemen berdasarkan hasil
Konsep manajemen berdasarkan hasil berkembang cukup pesat awal tahun 1960-an. Konsep ini menjawab timbulnya berbagai kegagalan manajemen ilmiah dalam menghadapi perkembangan dunia yang semakin kritis dan peduli terhadap pekerja. Konsep ini misalnya tidak menginginkan sebuah laporan tahunan dari seorang manajer yang hanya berisi ikhtisar kegiatan belaka melainkan harus rinci dan jelass.
2.      Manajemen berdasarkan tanggung jawab sosial
Tuntutan bahwa manajemen seharusnya tidak hanya menghasilkan produk/jasa dan keuntungan saja kian hari kian menguat. Masyarakat menginginkan manajemen lebih bertanggung jawab terhadap penyelesaian berbagai masalah sosial karyawan karena akan berakibat pada massa depan perusahaan secara langsung maupun tidak langsung. Para manajer harus memainkan peranan penting dalam perubahan sosial saat ini dan masa depan.
3.      Manajemen berdasarkan sasaran
Konsep ssederhana ini menggambarkan pelaksanaan kerja dan pencapaian hasil yang dipandu oleh hasil yang ingin dicapai. Manajemen berdasarkan sasaran (MBS) tersebut memiliki dua jenis kegiatan yaitu
a.       Prestasi unit yaitu sebuh metode yang dapat digunakan untuk mengarahkan dan menilai setiap unit kerja ataupun lingkup perusahaan secara keseluruhan
b.      Prestasi indibidu karyawan yaitu metode yang digunakan untuk memberikan motivasi dan mengukur prestasi setiap karyawan jadi MBS dapat membantu eksekutif dalam usaha mengembangkan dan menilai bawahannya

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Manajemen sebagai suatu usaha untuk menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, penataan, kepemimpinan dan pengendalian telah dilaksanakan sejak ribuan tahun silam. Karena pada dasarnya manajemen sendiri merupakan suatu bentuk komunikasi dalam keseharian, sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen sebagai alat bersosialisasi. Jika dilihat dari sejarahnya, manajemen telah digunakan pada pembangunan berbagai bangunan bersejarah seperti Piramida di Mesir serta tembok Raksasa di China. Yang proses dalam pembangunannya membutuhkan pekerja, material, dan faktor lainnya. Dalam pembangunannya tentu telah direncanakan terlebih dahulu jumlah pekerja, material serta waktu pelaksanaannya. Disinilah manajemen mengambil peran dalam pembangunan.
Dalam sejarah manajemen telah terjadi peristiwa penting.
1.        Adam Smith (1776) , ia menggagas manfaat dari adanya pembagian kerja (division of labor ) dari masyarakat atau organisasi.
2.        Revolusi Industri pada akhir abad 18.











DAFTAR PUSTAKA

Dadang Supriyanta, 2014, Manajemen, Banten: Universitas Terbuka
J. Pangeaykim, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta, Balai Aksara
Misbah Ulmunir, 2017,Suplemen Pengantar Ilmu Manajemen, Yogyakarta
Stephen P. Robbins, 2011, Manajemen, Jakarta,Erlangga


























[1] Stephen P. Robbins, Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm 48
[2] Misbah Ulmunir, Suplemen Pengantar Ilmu Manajemen, (Yogyakarta: 2017) hlm. 29
[3] J. Pangeaykim, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Aksara) hlm. 31
[4] Misbah Ulmunir, Suplemen Pengantar Ilmu Manajemen, (Yogyakarta: 2017) hlm. 30
[5] Ibid hlm. 31
[6] Ibid hlm 32
[7] Ibid hlm 32
[8] Ibid hlm. 33
[9] Dadang Supriyanta, Manajemen, (Banten: Universitas Terbuka, 2014) hlm 49

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

9 Cara Mengobati Mata Minus Secara Alami

9 Cara Mengobati Mata Minus Secara Alami   Mata minus  atau rabun merupakan suatu keadaan dimana kita tidak dapat melihat suatu objek ...